Taujih Ust Pal pada tekad Forsia
editor: Ronal Rifandi
Terlalu lemah rasanya jika kita untuk mengurus lembaga dakwah kita ini sudah merasa tidak punya waktu. Sudah merasa sibuk dan banyak amanah. Padahal, dakwah kampus hanya merupakan bagian kecil dari dakwah semesta yang luas dan mencakup banyak hal. Apatah lagi hanya mengurusi dakwah fakultas, katakanlah mengelola LDF ataupun FSI kita ini.
Dalam menjalani aktivitas dakwah ini, kita harus yakin bahwa beginilah dahulu yang dilalui oleh Rasulullah dan para generasi awal pembawa risalah islam, hingga sampai dengan indah dan murni kepada kita di zaman sekarang.
Karakter jalan ini memanglah sulit. Tak semua orang mau memikulnya. Tak semua orang rela untuk ambil bagian dalam memperjuangkannya. Bersyukurlah kita jika diberi kesempatan untuk berkontribusi di jalan sulit namun penuh berkah ini. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa, berjalan di jalan dakwah kepada Allah adalah nikmat terindah bagi kita. Dan kita harus berusaha maksimal agar semakin banyak umat yang turut merasakan indah dan nikmatnya bergerak bersama dakwah. Begitu lezat rasanya berhimpun bersama jamaah dakwah. Walau, sekali lagi kami katakana bahwa jalan dakwah itu memang SULIT, dan sudah sunatullahnya seperti itu.
Karakteristik lainnya adalah lambat. Jalan dakwah ini memang lambat, namun dibalik itu ada ketangguhan dalam prosesnya. Dalam setiap fasenya akan terlahir sosok-sosok yang terbina dengan baik. Berikutnya yaitu sedikit pendukungnya. Dan bersyukurlah kita menjadi bagian yang sedikit itu.
Pelencengan terhadap jalan dakwah yang sedang kita tempuh ini.
1. Apakah kita ikut dalam gerakan dakwah ini hanya sekedar ikut-ikutan atau dengan keinginan-keinginan pribadi? Ataukah kita bergabung dengan keyakinan yang teguh?
Ada artikel di Haluan yang bertajuk “Meluruskan Dakwah/ jalan dari Forum Studi Islam”, sebuah autokritik atau pandangan luar terhadap kita. Intinya apasih yang diperjuangkan oleh FSI itu? Studi seperti apakah yang ia syiarkan?
Mungkin hal ini juga kadang timbul dari kader-kader yang baru bergabung, atau bahkan kita sendiri. Nah dengan ini kita perlu meluruskan niat dan orientasi kita agar tidak melenceng jauh dari garisan awal bergabungnya kita dalam FSI atau dakwah ini. Apakah kita liilla bi kalimatillah atau liila bi kalimatil yang lain…?
Dengan jumlah kuantitas kader saat ini di MIPA, maka seharusnya sudah tuntaslah pengelolaan DK MIPA. Maka sudah bisa dibagi secara baik amanah-amanah dakwah di FMIPA UNP. Namun yang terjadi bagaimana??
2. Sekarang ini tantangan itu datang dari sudut internal, selain dari eksternal yang tidak henti-hentinya berkonspirasi untuk memojokkan islam. Ternyata banyak saat ini pelemahan-pelemahan itu datang dari umat islam sendiri. Dan itu tentulah agak berat untuk kita jawab.
Kemauan kita?
Apakah kita memahami tujuan hidup kita?
Sebuah survey membuktikan, orang yang menuliskan tujuan hidupnya, keberhasilannya lebih tinggi dari orang yang tidak menuliskan keinginan/ tujuan hidupnya. Disaat kita punya tujuan yang jelas, maka kita tentu punya semangat untuk meraihnya. Tentu kita akan rumuskan upaya-upaya untuk mencapainya. Itulah yang membuat kita punyakemauan yang kuat. Hal berikutnya yang harus dilakukan setelah menuliskan tujuan hidup kita adalah take action.
3. Sensitivitas di jalan dakwah
Disaat evaluasi, jika terbentur dan tak sesuai dengan harapan, maka kita harus sensitive dan merencanakan solusinya.
4. Ada yang merasa senior dan paling benar
Hal-hal seperti itu tidak pernah ada diajarkan Nabi SAW. Kaidah dalam dakwah kita adalah:
Kearifan yang tua-tua/ senior disokong dengan semangat yang muda-muda dengan bahu membahu.
Saling melengkapi walau datang dari berbagai macam latar belakang.
Sarana penambahan tsaqofah saat ini sudah banyak. Yang kurang adalah kemauan kita untuk melaksanakan apa yang telah kita pahami. Niat yang ikhlas dan kesungguhan. Jangan sampai kita sudah berbuat banyak dan merasa sudah banyak berkontribusi, tapi ternyata di mata Allah kita belum ada apa-apanya.
Luruskan niat, insya Allah kita bisa mewujudkan kampus madani untuk Indonesia gemilang dan kejayaan Islam menjadi Ustadziatul ‘Alam.
0 comments:
Post a Comment