08/01/2012

DALAM KESEDERHANAAN MENGABDI, BERJUANG TANPA RETORIKA

Oleh: Ronal Rifandi, S.Pd


Memanfaatkan waktu libur yang singkat, saya jadi memiliki waktu untuk di rumah sore hari. Walau biasanya moment seperti ini sangat jarang bisa ditemukan dalam keseharian karena padatnya aktivitas. Tapi yang jelas saat ini disyukuri saja apa yang ada. Dengan begitu kita jadi paham dan tau memaknai arti waktu dan kebersamaan.


Sore hari menjelang malam berkumpul dengan keluarga sembari menonton salah satu serial yang sangat menarik. Ya di SCTV ada “Laskar Pelangi, The Series”. Anda semua tentu sudah mengetahui novel dan film fenomenal lascar pelangi bukan. Dan sekarang SCTV mengangkatnya ke layar kaca, sehingga masyarakat Indonesia juga punya pilihan menu bermutu selain drama lebay atau film action ecek ecek ala stasiun ikan terbang  dan Televisi Dangdut Indonesia. Yang jelas sampai saat ini kenapa ya program remeh temeh sejenis itu masih jalan terus, mungkin karena memang banyak peminatnya kali ya?? Kalau memang begitu, benar-benar aneh deh negeri ini.
Nah, sebenarnya bukan masalah content pertelevisian Indonesia yang ingin saya bahas disini, walau memang sepertinya kita juga perlu membuka ruang khusus untuk membahas masalah tersebut, karena menurut saya televisi Indonesia telah mengidap penyakit akut terutama untuk chanel-chanel gratisan.
Ehm… Menonton Laskar Pelangi, membawa pikiranku pada sahabat-sahabat seperjuangan yang sedang mengabdi di daerah 3T. (kalau ndak salah terdepan, terluar, tertinggal). Ini merupakan program dari kemendikbud untuk mengatasi kekurangan tenaga pengajar di daerah 3T tersebut. Para lulusan LPTK diberi kesempatan untuk mengabdi selama satu tahun di daerah-daerah pelosok tersebut, kemudian mereka diberi kesempatan untuk mengikuti PPG dengan biaya dari pemerintah. Terbuka peluang untuk berkarya ditengah sulitnya mendapatkan pekerjaan masa sekarang, apalagi bagi yg berharap ikut tes PNS tapi ternyata ada moratorium pengangkatan PNS.
Beberapa orang sahabat seperjuanganku semasa di kampus lulus seleksi dan telah mulai bertugas di tempat nun jauh disana. Tak hanya laki-laki, bahkan yang perempuan pun turut ambil bagian. Saya yakin mereka yang ikut memiliki suatu spirit mulia dalam sanubarinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlepas dari alasan lainnya, tak semua orang mau mengambil peran untuk terjun langsung di lapangan. Ya benar-benar di lapangan. Langsung bertemu dan hidup bersama dengan realitas dunia pendidikan Indonesia.
Mungkin banyak ahli pendidikan dan para pengambil kebijakan tentang dunia pendidikan memutuskan ini dan itu, para politisi berdebat hangat tentang anggaran dan alokasi dana pendidikan, para aktivis LSM/NGO asik mengkritisi pemerintah.Tapi tentu tak ada yang sedahsyat mereka yang langsung ada di garda paling depan, yang dalam diamnya berbuat tanpa banyak retorika. Mereka yang tetap terus ada dan bertahan, mengawal misi mulia yakni mencerdaskan anak bangsa. Hatta bagi anak-anak bangsa di negeri ujung sana sekalipun.
Salam takzim bagi para guru diseluruh nusantara. Teruslah berkarya membesarkan ulat untuk menjadi kupu-kupu. Seperti sebuah puisi yang sempat saya tonton semalam di TVRI tentang guru yang katanya pahlawan namun ketika meninggal tak ada tempat baginya di makam pahlawan. Tak ada bendera setengah tiang, tak sedetikpun sekolah libur, melainkan hanya sebuah catatan bahwa seorang guru telah berlalu. Walaupun begitu, saya yakin guru tak lah mengharapkan hal-hal seremonial semacam itu. Yang diinginkannya tak lain adalah keberhasilan anak-anak didiknya menjadi orang sukses, berguna bagi keluarga bangsa dan umat. Sehingga mereka bisa menyelamatkan wajah peradaban.
Salam hangat terdahstyat untukmu saudaraku… Restu wardi, Rizki Illahi, Bambang Irawan, Hidayat Fernando, Khairur Rahmi, Lidya Defega dan segenap pejuang di SM3T yang tak dapat kusebutkan satu persatu. Memang program kalian belumlah berarti apa-apa jika dibanding dengan banyaknya problem dunia pendidikan kita saat ini. Namun kalian telah membuktikan bahwa cara terampuh untuk memperbaikinya adalah dengan segera berbuat dan berkorban. Dalam diam dan kesederhanaan mengabdi, berjuang tanpa retorika. Semoga selalu sehat dan semangat. Jangan lupa sholat dan mengaji ya… ^_^ Miss u all. (RNL:08012012)


0 comments: