Setelah lama dinanti akhirnya muncul juga. Saya tahu sahabat-sahabat saya di garda terdepan itu tentu punya banyak cerita tentang suka duka perjuangan merantau di negeri orang. Dan merantau nya ini bukan merantau biasa. Siapa sangka, anak-anak mudo matah yang baru tamat sarjana akhirnya menjalankan tugas mulia menjadi pendidik generasi bangsa. Banyak kisah yang ingin ia bagikan tapi saya yakin tak satupun kisah itu akan berisi keluh kesah. Semua kata yang akan mereka ujarkan hanya akan berisi kata-kata semangat dan keyakinan tekad. Jalannya memang tidaklah mudah. Halang rintang tentu saja ada, kelelahan tentu saja pernah mendatangi mereka. Bagaimana tidak, medan yang ia tempuh tak hanya sekedar gambaran liputan berita yang disaksikan oleh pemirsa televisi tentang potret pendidikan di daerah tertinggal. Mereka benar-benar ada disana, di daerah yang mungkin sedikit tergambarkan ketika kita melihat potret pendidikan penduduk di desa-desa yang jauh.
Tapi semua itu selalu dibungkus dengan keikhlasan dan dedikasi tinggi, hingga semua mereka NIKMATI sebagai sebuah kesempatan untuk beramal lebih. Berikut salah satu cerita teman saya itu. Saat saya minta izin untuk mengkopas, beliau memberikan sebuah tanda "like this" dan saya mengartikan itu sebagai "boleh".
Inspireasi dari Wolowaru...
Wolowaru adalah tempatku mengabdikan diri merupakan salah satu kecamatan yang paling dipadati di kabupaten Ende. Negerinya elok sangat hijau belum terjamah oleh yang namanya polusi udara. Alat transportasi boleh dihitung dengan jari berkeliaran disepanjang jalanan Wolowaru. Negeri yang indah ini dihuni oleh banyak sekali anak-anak para pekerja keras yang bekerja tak hanya sore juga malam untuk membantu orang tua mereka. Mereka berladang, mengembala sapi, menenun sarung, mengangkat batu atau pasir , membuat bata, dan masih banayk pekerjaan berat laiinya. Karena hal ini juga, bukan hal yang aneh lagi kalo siswa-siswa saya datang ke sekolah dengan gaya ala kadarnya.
Baju kotor, celana kotor, wajah penuh debu dan berkeringat itu biasa. Beginilah pemandangan anak-anak Wolowaru yang rela jalan kaki bahkan hampir dua jam untuk sampai ke sekolah. Salut untuk anak-anakku, itu yang selalu terbersit di hati ini. Dengan segala keterbatasan mereka tetap semangat untuk sekolah. Siswa nakal itu biasa, hal ini bahkan ditemui hampir di setiap kelas. Tetapi ada saja keinginan dan ketertarikan mereka untuk belajar jadi semangat untuk pembelajaran yang menyenangkan.
Di kala rasa malas menghantui sisw-siswaku, mudah saja memancing mereka untuk berbinar kembali. Anak- anak sangat suka dengan cerita. Jadilah aku di depan kelas bak pendongeng handal yang mengisahkan kisah anak-anak kampung yang sukses di negeri orang dengan usaha, doa dan sampai pada pengorbanan apa saja yang harus ia raih untuk itu. Anak-anak memang sangat butuh inspirasi. Mereka harus tahu kenapa mereka berada di sekolah untuk siapa???Terutama untuk anak-anakku yang berada dikelas unggul malah mereka lebih kritis dari teman mereka di kelas lain kebanyakan menerima apa apa adanya.
Ada kesulitan tersendiri dalam mengajar di daerah ini dimana mereka lebih senang menggunakan bahasa ibu yang jelas sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Ini menjadi kendala tersendiri bagi saya dalam mengajar. Boleh dibilang butuh waktu yang cukup lama agar mereka paham apa yang disampaikan.
Oya, Kelulusan siswa saya kmaren 68% dr 106 siswa .walaupun sedikit kecewa tp kami sbg guru bangga dg mereka, hasil UN mereka MURNI usaha mereka. Acungan jempol buat mereka.
Namun Yang tak kalah mirisny disini,, masih bnyak bagunan sekolahnya dari bambu cincang beratap jerami. Sejuknya minta ampun apalagi Badai kemaren,,Bangunan2 rumah disini pada roboh. Bulan Mei ini juga hujan sebulan penuh, matahari sebulan tidak muncul di wolowaru, bayangkan saja anak-anak saya ke sekolah masih pake daun pisang "jd ingat jaman2 SD dulu,,:)",, tapi yah beginilah Flores cuaca yg agak Ekstrem, dg panas teriknya yg bkin kulit makin seksi aja..hoho. Tapi semuany masih dnikmati..
Temen saya juga ada yang punya pengalaman harus menyeberangkan siswanya satu-satu agar tidak hanyut terbawa arus sungai saat menuju ke sekolah,,Atau mendaki bukit terjal yg cukup licin karna disini sering longsor.
Satu lagi jangan bayangkan makan enak disini,,jadi kendala tersendiri buat program penggemukan badan yg saya rncanakan dr awal :D
disini benar-benar APA ADANYA
TAPI di NIKMATI AJA..:)
>>>>
Mudah2an ini tak hanya satu2 nya tulisan yang teman-teman saya ini publish... karena kita sangat butuh inspirasi yang berasal dari pengalaman dan pengamalan langsung si pelaku... tak hanya motivasi dari teori-teori yang dikemas sedemikian apik.. Hingga inspirasi itu benar-benar bisa menggerakkan orang lain untuk turut berpikir tentang kontribusinya, tentang apa yang telah diperbuat. Terimakasih
Lidya Defega Sulfan atas cerita nya semoga tetap semangat dan bermanfaat. Dinanti kisah berikutnya. Juga dari
Coeduk Rizki , Khairur Rahmi dan teman-teman SM3T lainnya. Kami doakan sehat dan sukses serta penuh berkah. Menjadi pelita dan pelepas dahaga anak-anak bangsa di ujung sana. :)
0 comments:
Post a Comment