19/01/2013

Senangnya punya nenek seorang profesor

hmm,
Minggu yang berat ini pada akhirnya berlalu, walau babak belur tapi setidaknya dipagi ini aku masih bisa tegak berdiri. ^_^ Terimakasih ya Rabb atas anugrah cintaMu yang menghiasi hari-hari hamba yang akhir-akhir ini terasa sedikit rentan.

hmm, Pekan yang berat itu Belum benar-benar berakhir sih, kami masih harus menanti nasib tentang Abstract aljabar, presentasi dan telaah teori untuk Introduction to RME dan harus membuat draft kasar rancangan design pembelajaran untuk cikal bakal thesis kami nanti, terutama bagi yang insya Allah akan segera berangkat ke Holland di pekan depan (ya Rahman... ternyata pekan depan :) tak terasa itu berarti sebentar lagi insya Allah. Mudahkan dan berkahilah ya Rabb).

Nah, pagi ini saya berencana memulai untuk membuat tugas design kasar tersebut. Ini merupakan tugas akhir semester untuk mata kuliah Product Development yang di ampu oleh Prof. Dr. Siti M Amin. Tapi sayang seribu sayang Sob, bukannya fokus pada design, eh aku malah terbayang dengan sosok Profesor kami yang satu ini. Apalagi ingat dengan kisah dan penuturan beliau saat memberi workshop PMRI di kelas kami Sabtu, 12th of January 2013 lalu. Ya sudahlaah, sekalian refreshing, kutuliskan saja tentang beliau disini ya.. hehe.

Penuturannya sangat memukau, mampu menguasai kami sehingga workshop yang berjalan lumayan lama itu tak membuat kami bosan. Prof Amin, dalam presentasinya banyak menyelipkan kisah dan cerita real yang beliau alami sendiri sehingga contoh-contoh yang diberikan kaya dengan kondisi nyata yag mudah untuk di visualisasikan dalam pikiran kami sebagai audience. Ada beberapa point yang ingin saya dokumentasikan dalam tulisan kali ini.

Beliau menyampaikan bahwa dalam sebuah penelitian pernah menemukan bahwa struktur orang gila itu tidak jauh berbeda dengan struktur otak orang kreatif. Terkait dengan itu, maka profesor kami ini mengatakan bahwa "Saya lebih suka dikatakan orang gila, dari pada hanya melakukan hal-hal biasa". Waw, benar memang, sesungguhnya orang kreatif itu mampu melakukan sesuatu yang mungkin belum tercapai oleh pemikiran orang lain, yang mana orang lain tersebut berada dalam kelompok yang banyak, sehingga ide orang kreatif tadi dikategorikan aneh.

Dahulu, saat beliau suatu kali pernah meminta seorang dosen dari Luar negeri untuk mengajar di kelas yang beliau ampu, Bu Amin mendapat pandangan dan tanggapan yang mempertanyakan dari rekan sejawatnya di jurusan, kenapa orang lain dibiarkan masuk dan mengajar di kelas, itu merupakan sesuatu yang gimannaaaaa gituuu untuk saat itu. Padahal Bu Amin, sudah meminta izin ketua jurusan dan pada rekan satu tim nya di mata kuliah itu. Tapi ya... begitulah tanggapan dari yang lainnya. Namun, beberapa tahun kemudian, malah beliau yang diminta untuk mencarikan orang-orang dari luar untuk mengisi workshop ataupun kuliah terbuka untuk di jurusannya, Nah lo... ketika Bu Amin menyatakan kok dulu saya dilarang-larang, eh malah sekarang disuruh mencarikan, temannya tersebut menjawab, "Ibuk sih, dulu kan belum musim, sekarang sudah musim" :D Begitulah, Ibu kami ini memakai slogan Semen Padang katanya, "Kami sudah melakukan sebelum orang lain memikirnya".

Point lainnya yang membuatku terkesan adalah cara beliau mengelola keluarganya, terutama dalam menyiapkan generasi mudanya. Beliau sangat memperhatikan bagaimana agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik, menjadi kreatif, kritis, logis dan analitis, *aseek. Bagaimana beliau menciptakan sebuah kekonsistenan dalam keluarga untuk mendidik si kecil. Menjawab pertanyaan anak, sesuai dengan logis yang sesuai dengan jangkauan akal mereka. Anak juga tak harus dikekang dan dimarahi yang bukan pada tempatnya, tapi dimengerti dan disalurkan. Misal ketika cucu beliau masih kecil suka mencoret-coret dinding, maka disalurkan dengan menyediakan papan tulis sendiri khusus untuk mereka masing-masing. Ketika masih saja mencoreti dinding, mereka diajar untuk memahami dan mengerti bahwa bukan disana tempat nya corat-coret, untuk proses ini, Beliau mesti berkali-kali mencat ulang dinding tersebut. Tapi tetap saja ada pembelajaran yang beliau masukkan kepada kepribadian cucunya tersebut.

Untuk masalah makanan, tak kalah tegasnya, sebagai contoh beliau konsisten untuk tidak menggunakan msg dalam masakannya dan berusaha untuk tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tersebut. Hal ini beliau wariskan pada anak keturunanya, dan bahkan cucunya pun mengerti akan hal ini, tentu dalam batas jangkauan logika akal mereka.

Bu Amin menekankan bahwa perlu kesabaran dan keseriusan dalam mendidik anak agar menjadi orang yang kreatif dan sukses. Dan itu disiapkan sedari kecil, bahkan balita. Banyak cara-cara orang kebanyakan yang kurang tepat dalam menyiapkan manusia-manusia kecil itu. Dan penjelasan dan pengalaman beliau membuka pikiran dan pandanganku tentang hal ini. Sungguh senang ya, menjadi keturunan beliau, sungguh beruntung anak cucunya dibesarkan oleh seorang profesor.

Insya Allah anak cucuku nanti juga akan demikian. Tenanglah wahai anak (cucuku nanti) kalian juga akan dibesarkan oleh seorang Profesor Insya Allah. Prof Ronal Rifandi. ^_^

Semoga ibu dalam keberkahan yang diberikan oleh Allah SWT. Terimakasih tas ilmu yang bermanfaat, tetaplah menjadi sinar mercusuar yang mengarahkan kapal-kapal agar tak menghantap karang pantai. 

0 comments: