Pagi ini langit Utrecht mendung berawan. Sesekali
rerintikan hujan turun membasahi bumi yang katanya sudah masuk spring,
namun bagiku dan kawan-kawan yang sedang belajar disini masih saja
dingin. Entahlah, karena kami terbiasa barangkali dengan kehangatan bumi
khatulistiwa, maklum baru beberapa bulan berdomisili disini.
Hmm… hari ini hari Jumat, biasanya saya hanya bisa berjumat ria dikampus
karena ada dua jadwal kuliah yang beredar disekitar waktu sholat jumat.
Tapi alhamdulillah saya mengambil “jatah” untuk tidak hadir ke kampus
hari ini, kebetulan sedang kurang sehat. Tapi hikmahnya ya, kesempatan
ini. sebuah kesempatan untuk ikut sholat jumat berjamaah. bertempat
disebuah rumah yang disewa untuk jadi salah satu lokasi pusat kegiatan
kelurga muslim di kota Utrecht.
Sholat jumat yang dihelat disini tak seperti sholat jumat kebanyakan.
Tanya Kenapa?? Karena, biasanya warga mengextent nya dengan dua agenda
resmi tambahan dan satu agenda informal. Yups… setelah prosesi sholat
jumat (yang khotibnya di gilir dari kita untuk kita) dilanjutkan dengan
kajian bersama ustadz. Ada topik-topik tertentu yang dibahas
berkesinambungan, seperti tafsir dan telaah hadist. Kemudian,
dilanjutkan dengan acara yang tak kalah semaraknya, yakni acara makan
siang bersama. Jujur saja, mungkin sesi yang ini merupakan salah satu
sesi favorit bagi beberapa kalangan, seperti kalangan bujang-bujang yang
tak terlalu mahir memasak ^_^, karena makanannya wuenak tenan cuy. Nah
disesi inilah biasanya diintegrasikan dengan sesi informal yakni
bincang-bincang hangat penuh semangat. Dari pantauanku, topik yang
dibahas bisa beragam dan tak punya pattern tertentu. Dan bahkan bisa
sekian topik meloncat dari sana ke sini. Biasalah tipikal orang
indonesia kalau lagi ngobrol santai. :)
Baiklah, cukup untuk introductionnya. Mari fokus pada judul di
atas. Sahabat semua masih ingat jelas lah ya dengan kisah KPK dan PKS
yang lagi hangat membara di Indonesia. Kami disini pun sepertinya tak
mau ketinggalan. Entah berawal dari mana, topik ILC tentang “Uang Daging
Kemana Saja” menjadi fokus utama siang tadi. Masing-masing mengutarakan
analisa nya. Penggalan-penggalan ILC dikomentari dan dibahas dengan
santai.
Dari pemaparan yang ada, saya yakin masyarakat masih bisa melihat siapa
yang sedang dikriminalisasi dan siapa yang sedang berkonspirasi. Siapa
yang bicara dengan fakta dan siapa yang hanya mencari dalih retorika.
Jika ada yang mengatakan bahwa media bisa memainkan opini publik, itu
mungkin benar. Tapi jika dikatakan rakyat akan mengamini opini media apa
adanya, maka TUNGGU dulu Bung, kami tak sebodoh itu. Masyarakat kita
sudah semakin dewasa. Mereka sepertinya juga sudah terbiasa dengan
tradisi diskusi, minimal mendiskusikannya dengan gaya mereka
masing-masing. Tak perlu dengan seminar-seminar, tak perlu dengan bedah
buku. Barangkali cukup seperti yang terjadi di salah satu sudut kota
Utrecht Belanda ini. Membedah tayangan ILC sembari santap siang ba’da
sholat Jum’at. :D Tanpa moderator tanpa panelis, hanya kami-kami para “rakyat badarai” (rakyat biasa).
Ini hanyalah tulisanku. Pendapatku sebagai penafsiran dari apa yang
kualami. Kebenaran itu tetaplah sebuah kebenaran, dan Ia pasti akan
terungkap ke permukaan. Tinggal bagaimana kita dewasa dalam membersamai
proses terungkapnya kebenaran itu. Sungguh, walau dinegeri nun jauh ini,
kami sangat-sangat cinta pada Indonesia. ^_^
Utrecht, Belanda, 17 May 2013
0 comments:
Post a Comment